Tutup
ads 1280x400 pewarta network banner display
Khazanah

Profil Abu Lu’lu’ah Fairuz, Pembunuh Khalifah Umar bin Khattab

34
×

Profil Abu Lu’lu’ah Fairuz, Pembunuh Khalifah Umar bin Khattab

Sebarkan artikel ini
Abu Luluah Fairuz
Abu Luluah Fairuz (Sumber: Kaffah Studio)

KalimantanKini.com, Khazanah – Abu Lu’lu’ah Fairuz adalah seorang prajurit Kekaisaran Persia Sasaniyah yang berhasil ditangkap dalam Pertempuran al-Qadisiyyah pada tahun 636 M ketika Sasaniyah dikalahkan oleh tentara Muslim pimpinan khalifah Rasyidin Umar bin Khattab di tepi barat Sungai Efrat.

Dia kemudian dibawa ke Madinah, ibu kota Kekhalifahan Rasyidin saat itu, dan bekerja sebagai budak untuk Mughirah bin Syu’bah, seorang sahabat Nabi Muhammad.

Pada tahun 644 M, Abu Lu’lu’ah menikam Umar bin Khattab saat beliau memimpin salat Subuh dengan belati bermata dua dan membuatnya terluka parah.

Nama dan Asal Usul Abu Lu’lu’ah

Abu Lu’lu’ah kemudian bunuh diri atau dieksekusi sebelum tertangkap. Namun, menurut legenda Syiah, Abu Lu’lu’ah diselamatkan oleh Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, dan dibawa ke kota Kashan, Iran, tempat dia menikah dan menjalani sisa hidupnya.

Di sana, sebuah tempat suci didirikan untuknya dan menjadi tempat perayaan tahunan anti-Sunni yang merayakan pembunuhan Umar bin Khattab.

Nama asli Abu Lu’lu’ah kemungkinan besar adalah Pērōz, sebuah nama Persia Tengah yang berarti “Kemenangan” dan ditulis dalam sumber-sumber Arab sebagai Fīrūz atau Fayrūz.

Namun, dalam sumber-sumber awal dia lebih sering disebut dengan nama kunya (teknonim) Abū Luʾluʾah, artinya “Bapak Mutiara”.

Sejak abad ke-16 atau ke-17 dan seterusnya, ia juga menerima laqab (nama kehormatan) Bābā Syujāʿuddīn (terj. har. ‘Bapak Keberanian Iman’) yang dikaitkan dengan perayaan tahunan yang diadakan untuk menghormatinya di Iran.

Abu Lu’lu’ah berasal dari Nahawand, sebuah kota di Persia yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Agama yang dianutnya tidak pasti, tetapi ada beberapa kemungkinan, yaitu: Zoroaster, Kristen, atau Islam.

Menurut beberapa catatan sejarah, Abu Lu’lu’ah adalah seorang penganut Zoroaster, agama resmi Kekaisaran Sasaniyah yang menyembah api sebagai lambang Tuhan. Sementara laporan lain menggambarkan dia sebagai seorang Kristen, agama minoritas yang tersebar di Persia dan Timur Tengah.

Ada juga kemungkinan bahwa Abu Lu’lu’ah masuk Islam di Hijaz, setelah ditawan oleh tentara Muslim. Namun, hal ini diragukan karena motif dan cara pembunuhannya yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Keahlian dan Pekerjaan Abu Lu’lu’ah

Abu Lu’lu’ah digambarkan sebagai seorang tukang kayu dan pandai besi yang sangat terampil2. Dia mampu membuat berbagai macam alat dan senjata, seperti busur, panah, tombak, pedang, dan belati.

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah belati bermata dua yang digunakannya untuk menikam Umar bin Khattab. Belati itu dibuat dari besi yang ditempa dengan api dan air, dan dihiasi dengan ukiran dan permata. Belati itu juga memiliki racun yang dapat menyebabkan luka yang parah dan sulit disembuhkan.

Setelah ditangkap dalam pertempuran selama penaklukan Muslim di Persia, Abu Lu’lu’ah dibawa ke Madinah, ibu kota Kekhalifahan Rasyidin saat itu yang biasanya terlarang bagi tawanan non-Arab.

Namun, sebagai pengrajin yang sangat terampil, Abu Lu’lu’ah diizinkan masuk ke kota untuk bekerja untuk khalifah2. Dia diberikan kepada Mughirah bin Syu’bah, seorang sahabat Nabi Muhammad dan gubernur Basra, sebagai budak.

Abu Lu’lu’ah mendapat upah dari pekerjaannya, tetapi sebagian besar harus diserahkan kepada majikannya sebagai pajak2. Hal ini membuatnya merasa tidak puas dan dendam kepada khalifah dan majikannya.

Motif dan Cara Pembunuhan Umar bin Khattab

Motif Abu Lu’lu’ah membunuh Umar bin Khattab tidak sepenuhnya jelas, tetapi sumber abad pertengahan umumnya mengaitkannya dengan sengketa pajak. Pada suatu hari, Abu Lu’lu’ah dikatakan telah meminta khalifah untuk mencabut pajak yang dikenakan kepadanya oleh majikannya, Mughirah bin Syu’bah.

Ketika Umar menolak untuk mencabut pajak tersebut, Abu Lu’lu’ah merasa tersinggung dan bersumpah akan membunuh khalifah. Umar tidak menganggap serius ancamannya dan membiarkannya pergi.

Abu Lu’lu’ah kemudian merencanakan pembunuhan dengan cermat. Dia membuat belati bermata dua yang beracun dan menyembunyikannya di bawah pakaiannya. Dia juga berpura-pura sakit dan tidak bekerja selama beberapa hari, agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Pada tanggal 31 Oktober 644 M, Abu Lu’lu’ah pergi ke masjid Nabawi, tempat Umar bin Khattab memimpin salat Subuh. Dia berdiri di belakang barisan shalat, menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang.

Ketika Umar sedang ruku’, Abu Lu’lu’ah menusuknya di perut dengan belati bermata dua3. Umar terkejut dan berteriak, “Ya Allah, ampunilah aku!”. Abu Lu’lu’ah kemudian menusuknya lagi di dada, dan berusaha melarikan diri.

Namun, dia tidak bisa keluar dari masjid dengan mudah, karena banyak orang yang berusaha menangkapnya. Demi bisa segera pergi dari masjid, ia menikam 13 orang yang dilaluinya, tujuh di antaranya kemudian meninggal.

Akhirnya, dia terjebak di sudut masjid, dan tidak ada jalan keluar. Abu Lu’lu’ah kemudian memilih untuk bunuh diri dengan menusuk dirinya sendiri dengan belati yang sama.

Sebagian sumber mengatakan bahwa dia dieksekusi oleh salah satu sahabat Nabi, Abu Talhah al-Ansari, yang berhasil merebut belatinya dan memenggal kepalanya. Dalam kedua versi, Abu Lu’lu’ah mati di tempat, tanpa sempat mengetahui nasib Umar bin Khattab.

Nasib Umar bin Khattab dan Abu Lu’lu’ah

Umar bin Khattab terluka parah akibat tikaman Abu Lu’lu’ah. Dia tidak bisa meneruskan shalatnya, dan digantikan oleh Abdurrahman bin Auf sebagai imam. Umar kemudian dibawa ke rumahnya, dan diperiksa oleh dokter.

Dokter mengatakan bahwa lukanya fatal, dan tidak ada harapan untuk sembuh. Umar menerima kabar ini dengan tenang, dan bersyukur kepada Allah yang tidak menjadikan kematiannya di tangan seorang yang mengaku dirinya Islam.

Umar bin Khattab meninggal tiga hari setelah dibunuh oleh Abu Lu’lu’ah, pada tanggal 3 November 644 M. Dia dimakamkan di samping Nabi Muhammad dan Abu Bakar, khalifah pertama, di masjid Nabawi.

Dia dianggap sebagai salah satu khalifah terbaik dalam sejarah Islam, yang memperluas wilayah kekhalifahan, mengatur administrasi dan keadilan, dan menjaga kemurnian ajaran Islam. Dia juga dikenal sebagai pemimpin yang adil, tegas, dan zuhud.

Abu Lu’lu’ah, sebaliknya, dianggap sebagai seorang penjahat dan pengkhianat oleh mayoritas Muslim Sunni, yang menghormati Umar bin Khattab sebagai salah satu sahabat Nabi dan khalifah Rasyidin.

Namun, dia dihormati dan dimuliakan oleh sebagian Muslim Syiah, khususnya di Iran, yang menganggap Umar bin Khattab sebagai seorang tiran dan penindas.

Mereka percaya bahwa Abu Lu’lu’ah adalah seorang pahlawan yang membalas dendam atas pembunuhan Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, yang menurut mereka adalah khalifah yang sah.

Perayaan dan Tempat Suci Abu Lu’lu’ah

Di kota Kashan, Iran, terdapat sebuah tempat suci yang didedikasikan untuk Abu Lu’lu’ah, yang disebut dengan nama Bābā Shujāʿuddīn. Tempat suci ini berupa sebuah bangunan persegi dengan kubah hijau, yang di dalamnya terdapat sebuah makam yang dihiasi dengan permata dan kain sutra.

Di samping makam, terdapat sebuah belati bermata dua yang diyakini sebagai replika dari belati yang digunakan Abu Lu’lu’ah untuk membunuh Umar bin Khattab.

Setiap tahun, pada tanggal 9 Muharram, sehari sebelum peringatan Asyura, ribuan orang berkumpul di tempat suci ini untuk merayakan pembunuhan Umar bin Khattab.

Mereka membawa replika belati, pedang, dan tombak, dan berteriak-teriak dengan kata-kata hinaan dan kutukan terhadap Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi lainnya. Mereka juga menyalakan api dan membakar gambar-gambar Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi.

Perayaan ini dianggap sebagai bentuk protes dan pembelaan terhadap Ali bin Abi Thalib dan keluarganya, yang menurut mereka telah dianiaya oleh Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi.

Kritik dan Kontroversi Abu Lu’lu’ah

Perayaan dan tempat suci Abu Lu’lu’ah telah menuai banyak kritik dan kontroversi dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar Iran.

Banyak Muslim Sunni, khususnya di Arab Saudi, yang mengutuk perayaan ini sebagai bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi, yang dianggap sebagai teladan dan panutan dalam Islam.

Mereka juga mengecam Abu Lu’lu’ah sebagai seorang pembunuh, penjahat, dan pengkhianat, yang tidak pantas dihormati atau dimuliakan.

Bahkan di kalangan Muslim Syiah sendiri, ada yang menentang perayaan ini sebagai bentuk ekstremisme dan fanatisme, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang damai dan toleran.

Mereka berpendapat bahwa perayaan ini hanya memperkeruh hubungan antara Sunni dan Syiah, dan menimbulkan permusuhan dan kebencian.

Mereka juga menyoroti bahwa tidak ada bukti sejarah yang kuat yang menghubungkan Abu Lu’lu’ah dengan Ali bin Abi Thalib, atau yang menunjukkan bahwa Abu Lu’lu’ah adalah seorang Muslim Syiah.

Penutup

Abu Lu’lu’ah Fairuz adalah seorang prajurit Persia yang ditangkap dalam pertempuran oleh tentara Muslim, dan kemudian membunuh khalifah Umar bin Khattab dengan belati bermata dua.

Dia dihormati oleh sebagian Muslim Syiah, khususnya di Iran, sebagai seorang pahlawan yang membalas dendam atas pembunuhan Ali bin Abi Thalib.

Namun, dia dianggap sebagai seorang penjahat dan pengkhianat oleh mayoritas Muslim Sunni, yang menghormati Umar bin Khattab sebagai salah satu sahabat Nabi dan khalifah Rasyidin.

Perayaan dan tempat suci Abu Lu’lu’ah telah menuai banyak kritik dan kontroversi dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar Iran, karena dianggap sebagai bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi. (DW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!